Jumat, 30 Agustus 2013

Berbicara mengenai perasaan...

on the last day of August...


Iya di hari terakhir liburan ini, di hari terakhir saya bisa santai santai sebelum akhirnya tenggelam dalam perjuangan lagi belajar mereview semua mata pelajaran yang dikuliahkan dan dijalankan dalam proses kurang lebih 6 tahun ini guna menghadapi berbagai ujian bernama komprehensif dan UKDI, sesungguhnya saya dalam ujian lain yak ujian perasaan.

Berbicara mengenai perasaan, saya sejatinya sudah hampir saja mulai menyerah pada beberapa waktu lalu, iya di setiap saya mengakhiri perasaan saya terhadap seseorang. Namun pasti seseorang hadir di tempat ujung tersebut, yang akhirnya membuat perasaan baru, cerita baru. Akhir dari sesuatu adalah awal dari sesuatu. Berbicara mengenai perasaan mungkin tiada habisnya, sebelum akhirnya kita menemukan tempat untuk berlabuh, berhenti berpetualang mencari pengalaman. iya apalagi kalo bukan perasaan cinta-mencintai-dicintai..

Berbicara mengenai cinta, siapalah yang tidak tahu mengenai perasaan ini. Cinta begitu dijunjung dan tidak membosankan untuk diperbincangkan. Saya rasa semua orang pernah jatuh cinta dan memiliki berbagai cerita cinta yang unik. Tidak ada duanya.

Mencintai saya pernah. Dicintai juga pernah. Namun mencintai dan dicintai saya rasa belum menemukannya.

Hingga usia hampir 24 tahun ini saya melewati beberapa kisah cinta. Kebanyakan agak saiko. Mungkin saya sedikit berbakat menjadi psikiater atau saya memulai sebuah hubungan dengan sesuatu yang salah. Salah orang, salah waktu, salah cara. Berbagai kisah sudah saya lewati, namun cinta yang tulus dari seseorang belum benar benar saya alami. Itulah mengapa saya masih sendiri sampai saat ini.

Beberapa orangtua laki-laki datang ke rumah meminta saya menjadi menantu. Sebuah kehormatan bagi saya untuk menerima tawaran itu. Sungguh mereka bukanlah orang sembarangan, hampir semuanya kaya raya dan anaknya pun tak sembarangan, bukan duda apalagi buruk rupa, mereka bujang, rupawan, dan kaya raya. Bukti bahwa dokter masih menjadi primadona buat dijadikan menantu. :))

Bukannya saya sombong atau sok cantik, sungguh saya merasa terhormat mendapatkan tawaran tersebut, tapi bagi saya pernikahan bukanlah komitmen untuk satu atau dua hari. Pernikahan bukanlah kontrak layaknya indekos atau kontrak sementara yang ketika semuanya terasa mulai kurang nyaman saya bisa pindah dengan mudahnya ganti kontrak dengan yang lain. Bukan itu. Iya saya menolak beberapa laki-laki tersebut karena mereka kurang memenuhi kriteria minimal saya. Orang bilang saya terlalu pemilih. Realistis saja. Membeli pembalut saja kita milih apalagi calon suami, calon ayah dari keturunan kita.

Soleh. Mencintai saya. Setia. Lebih tua 2-3 tahun (kalo bisa). Mapan. Bertanggung jawab. Membolehkan saya tetap menjadi dokter. Membolehkan saya sekolah spesialis. Disetujui orangtua keluarga dan teman dekat.

Kriteria yang tidak muluk muluk bukan?

Beberapa waktu lalu seseorang bertanya mengenai rencana masa depan saya. Saya kira saya sudah menemukan jodoh. Karena kata orang (lagi2) kami itu cocok. Kelihatannya kami saling mencintai. Iya memang benar ada kasih sayang di antara kami tapi?. Beberapa waktu saya menikmati saja, namun suatu ketika saya merasa harus mencari pembenaran dan penjelasan, dan ternyata jawabannya tidak seperti saya kira. Saya rasa memang saya bukan tipenya. Dia pantas untuk seseorang yang lebih baik daripada saya.

Tidak berasa masa koass yang masih bisa menjadi alasan dan tameng kesendirian saya pun berakhir sudah. Saya tidak bisa mengelak lagi bahwa janji saya mencari pasangan setelah koass selesai harus dilakukan. Sebenarnya sih saya merasa masih muda kinyis kinyis dan belum terlalu siap jika memikirkan untuk menikah. Tapi kenyataan bahwa di keluarga besar saya adalah perempuan tertua yang belum menikah, ditambah sudah menolak beberapa laki-laki ganteng kaya raya membuat kekhawatiran orangtua meningkat sekitar 888% melihat saya masih asyik masyuk sendiri ke sana kemari.

Demi janji saya mencari ini saya sudah berkenalan dengan beberapa orang, meminta bantuan teman, dan meminta bantuan orangtua saya sendiri. Apalah susahnya berkenalan dengan orang di jaman social media menjamur seperti ini. Yah walaupun kasus kriminal juga marak karena orang berkenalan di socmed sih, tapi ya saya berhati-hati juga lah. Beberapa saya ketemu, yah berakhir di kencan pertama kemudian mereka menghilang, dissapear. Mungkin mereka kecewa, mereka muluk-muluk, dikira saya cantik saya lemah lembut asik. Padahal? Hahaha. Yah sudahlah saya masih sendiri. Tidak apa-apa.
 
Sebenarnya saya lebih suka mengenal orang dengan diri saya sendiri, menilai dia dari cara bicaranya, wawasannya, pandangannya, sikapnya, dan lain-lain. Mungkin karena selama koass dituntut menjadi orang yang sering berjumpa dengan berbagai ragam manusia jadi saya ini termasuk orang yang tepat menilai orang lain dari kesan pertama. Tapi apa salahnya menerima niatan baik orangtua, dikenalkan lagi pada beberapa laki-laki yang menurut mereka baik saya tinggal menyesuaikan, toh saya termasuk orang yang mudah jatuh cinta jikalau melihat seseorang yang baik. Daripada sebaliknya, orangtua tidak setuju padahal saya sudah cinta mati?. yak menghemat waktu.

Promosi pun digencarkan, saya layaknya barang dagangan. tapi hampir semua ibu ibu pengajian bilang dokter ya biasanya dengan dokter to. Orangtua saya mulai apatis. Saya apalagi. Huhahaha.

Beberapa waktu hati saya kosong, kenalan habis di kencan pertama, saya kemudian pasrah kepada Tuhan mengenai perasaan saya, saya ingin jatuh cinta yang terakhir kalinya, saya tidak ingin pacaran lagi. Semoga suatu ketika seseorang datang dengan cara yang baik, datang ke rumah, dan menginginkan saya untuk menemani seumur hidupnya, dia menjadi cinta terakhir saya. Iya jodoh.

Suatu hari tak dinyana orangtua bilang saya akan dikenalkan dengan seseorang, promosinya akhirnya berhasil. Hahaha. Katanya beberapa hari lagi dia akan datang, main ke rumah saya. Oke persiapan lah biar agak kinclong sedikit gara-gara lama di rumah saya jadi agak lecek, soalnya gak kemana mana sih, gak ada yang ngajakin jadi ya perawatan seadanya cuma bersihin muka pake toner dan facial wash udah.

JEDEEER
nyatanya tanpa persiapan orang ini datang di malam harinya. Saya syok. --@
So old fashioned. Saya disuruh mengantarkan minuman dan membukakan beberapa jajanan yang ada di meja tamu. Dasarnya saja saya sudah tremor eh ditambah lagi beginian saya tambah tremor sampai gak bisa ngomong apa-apa. kaya orang goblok. Setelah kurang lebih setengah jam berbincang dengan ayah saya, saya dipanggil lagi, saya malu sumpah malu semalu malunya. Seperti de javu kaya fahri liat aisha yang pertama kalinya di film ayat-ayat cinta. Apalah daya bukan terharu yang ada saya malah malu maluin. --@

Dan kesan saya mengenai orang ini adalah dia memang laki-laki baik yang datang dengan cara baik dan serius. Orangtua saya juga setuju. Saya merasa sudah menemukan jodoh. Dua hari dia menunjukan ketertarikan kepada saya dan seperti menunjukan harapan yang baik. Namun apa dinyana dia terlalu pemalu dan mungkin saya salah langkah atau mungkin salah di perantara kami atau memang bukan jodoh. Di hari ketiga dia pun menghilang. Tidak membalas sms saya. Tidak membalas telepon saya. Saya kecewa. Saya rasa siapapun merasa kecewa.

Saya yang tidak cantik ini tidak lemah lembut ini tidak mengerti cara menarik hati laki-laki ini tidak berharap banyak dari seseorang laki-laki. Mungkin dari beberapa pengalaman sebelumnya saya tahu ini akan berakhir dan tidak berlanjut lagi. Tapi mengapa orangtua dan perantara kami bilang bahwa saya harus sabar dan menunggu karena sejatinya dia belum menyatakan menyerah dan mengakhiri semua ini. berapa lama lagi?

Saya harus menunggu berapa lama lagi? pesimis.

Saya tetap menggerakkan hati, karena di mata saya cinta itu serius dan butuh kepastian, seberapa serius kamu dengan saya? cukup melihatnya dari usaha kamu untuk berkenalan dengan saya. Saya tahu kamu laki-laki baik, tapi jika memang kita jodoh Alhamdulillah. jika bukan maka saya tidak berputus asa. Kamu laki-laki baik tapi mungkin kurang baik untuk saya baik untuk yang lain. Dan saya yakin jodoh saya juga laki-laki baik. 

Katanya kita akan hidup dengan orang yang kita cintai di dunia ini. Semua hanyalah masalah waktu. Tuhan tidak pernah ingkar janji. :')



Tidak ada komentar:

Posting Komentar